tag:blogger.com,1999:blog-61962169193141788282024-03-04T22:47:18.065-08:00GAHARU LUWUAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-77788892258099329772012-07-11T02:50:00.003-07:002012-07-11T02:50:52.259-07:00Teh Pucuk Gaharu<div style="text-align: center;">
<a href="http://gaharujabar.files.wordpress.com/2012/05/agarwood-teagaharu.jpg"><img alt="" class="aligncenter wp-image-173" height="184" src="http://gaharujabar.files.wordpress.com/2012/05/agarwood-teagaharu.jpg?w=600&h=184" title="Agarwood-teagaharu" width="600" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: green;"><strong>TEH GAHARU</strong></span>
adalah teh yang terbuat dari daun muda tanaman penghasil gaharu. Teh
ini ternyata tidak hanya enak diminum, cocok dinikmati pada suasana
dingin, seperti malam hari atau saat musim hujan tiba juga memiliki
khasiat terhadap kesehatan tubuh. beberapa kesaksian orang yang pernah
minum teh gaharu merasakan bahwa setelah mengkonsumsi teh gaharu ini
mengutarakan:</div>
<ol start="1" style="text-align: justify;">
<li>Obat untuk mengurangi rasa sakit kepala (pusing).</li>
<li>Meningkatkan stamina bagi pria.</li>
<li>Meningkatkan stamina dan kesehatan, tidak mudah masuk angin.</li>
<li>Obat penyakit dalam (sakit perut, dll)</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Insya Allah teh Gaharu, dapat digunakan
sebagai obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Oleh sebab itu di
masa mendatang kandungan aktif dalam teh gaharu ini harus diketahui,
untuk memberikan justifikasi ilmiah kepada khalayak. Usaha untuk
mengetahui kandungan bahan kimia dalam teh gaharu, dalam waktu dekat
akan dilakukan oleh Alam Tropika berkerja sema dengan lembaga yang
berkompenten.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak semua jenis gaharu dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan teh gaharu, hanya jenis yang tergolong
dalam famili Themelaeaceae, dengan genus tertentu yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk pembuatan teh gaharu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Daun gaharu pilihan dapat diproses
menjadi teh hijau gaharu (agarwood green tea) dan teh hitam gaharu,
masing-masing mempunyai cita rasa yang khas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Minum teh hangat merupakan suatu
kenikmatan tersendiri bagi kita, apalagi disaat cuaca dingin seperti
sekarang ini. Saat ini selain menghasilkan bahan untuk obat maupun
minyak wangi, ternyata gaharu juga bisa dijadikan teh. Barangkali
sebagian dari kita belum pernah merasakan Teh Gaharu. Sebuah perusahaan
di Malaysia AROMAMAS ENTERPRISE sudah mengeluarkan produk teh gaharu
ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari informasi yang kami peroleh, berikut ini manfaat dan khasiat dari teh gaharu:</div>
<ol start="1" style="text-align: justify;">
<li>Membantu masalah insomnia/sukar tidur.</li>
<li>Membantu merendahkan tahap kolestrol.</li>
<li>Membantu meredakan ketegangan/hipertensi/stress.</li>
<li>Membantu mengurangkan toksik dalam badan.</li>
<li>Tanpa gula – Tanpa Kafein – Tanpa Asis Tanin.</li>
<li>Mengatasi masalah pelawasan.</li>
<li>Anti Oksidant.</li>
<li>Mengurangkan kadar tekanan dalam darah dan gula yang tinggi.</li>
</ol>
<h5 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">Manfaat Teh Gaharu pada Kesehatan adalah:</span></h5>
<ol start="1" style="text-align: justify;">
<li>Anti Stres dan Hipertensi.</li>
<li>Penurunan tahap kolestrol.</li>
<li>Penurunan tahap tekanan darah tinggi dan gula.</li>
<li>Pelengkap tambahan keperluan kalsium dan vitamin.</li>
<li>Kafein, tannin dan tanpa gula.</li>
<li>Membantu pengurangan berat badan dan lemak.</li>
<li>Anti Oksida.</li>
<li>Membantu keimbangan sistem vascular, tulang dan sendi.</li>
<li>Memberi kesegaran.</li>
<li>Memudahkan tidur dan merawat insomnia.</li>
<li>Mengurangkan sakit kepala.</li>
<li>Membantu pengaliran darah dan edaran oksigen.</li>
</ol>
<h5 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">Manfaat Gaharu</span></h5>
<div style="text-align: justify;">
Gaharu mengandung essens yang disebut
sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan eksraksi
atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai
bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan
obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu digunakan
sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma therapy.</div>
<div style="text-align: justify;">
Daun pohon gaharu bisa dibuat menjadi teh
daun pohon gaharu yang membantu kebugaran tubuh. Senyawa aktif
agarospirol yang terkandung dalam daun pohon gaharu dapat menekan sistem
syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan, teh gaharu juga
ampuh sebagai obat anti mabuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ampas dari sulingan minyak dari marga
Aquilaria di Jepang dimanfaatkan sebagai kamfer anti ngengat dan juga
mengharumkan seluruh isi lemari. Oleh masyarakat tradisional Indonesia,
gaharu digunakan sebagai obat nyamuk, kulit atau kayu gaharu dibakar
sampai berasap. Aroma harum tersebutlah yang tidak disukai nyamuk</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-61069480803473066072012-07-11T02:49:00.002-07:002012-07-11T02:49:23.566-07:00Pemeliharaan Pohon Gaharu<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pohon gaharu
cocok ditanam di antara daerah dataran rendah hingga ke perbukitan pada
ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan
kurang dari 2000 cm. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C
dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Jenis tanah yang sesuai
adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga
6.0.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Biji benih
yang berkualitas amat penting untuk pembibitan , biasanya pembenihan di
lakukan oleh nurseri untuk menjamin bibit benih tanaman dalam volume
yang besar dan berkelanjutan . Buah karas dari jenis Aquilaria
Malaccencis adalah berbentuk kapsul, 3.5 cm hingga 5 cm panjang, ovoid
dan berwarna coklat. Kulitnya agak keras. Mengandung 3 hingga 4 biji
benih bagi setiap buah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Penanaman
bisa dilakukan di tanah-tanah perkebunan ataupun di tanah yang sempit
seperti halaman rumah atau masjid. Bisa juga ditanam di kebun kelapa
sawit, ladang kopi dan kebun di bawah pohon-pohon yang lain yang berumur
antara 5 – 8 tahun. Teknik tanaman secara sistem tumpangsari atau
intergrasi dengan 2 atau lebih tanaman juga boleh dilakukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Anak pokok
dikeluarkan dari politena bag dan dimasukkan ke dalam lubang yang digali
dengan besar diameter dan kedalaman 0.5 meter. Tanah dipermukaan
dipadatkan dengan tangan untuk memastikan akar bersentuhan rapat dengan
tanah dan hindarkan pengaliran air di permukaan (surface water). Kadar
pemupukan tidak boleh melebihi 100 gm bagi tiap-tiap lubang yaitu dengan
kadar pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 40 – 50 gm dan TSP sebanyak 40 – 50
gm semasa proses penanaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pohon gaharu
yang ditanam perlu dibersihkan dari gangguan pokok lain sekitar 50 cm
untuk menghindarkan persaingan hidup. Pekerjaan ini dilakukan dalam 2 – 3
kali setahun sehingga pohon berusia 5 tahun. Pengemburan 2 kali setahun
adalah amat baik untuk memberi oksigen ke dalam tanah untuk melancarkan
penyerapan makanan oleh pohon.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: green;"><strong>Pemeliharaan </strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pemupukan
dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan
kompos. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga
ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah
tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan
besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan
adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi
lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon
pelindung agar gaharu terkena cahaya matahari diikuti penyemprotan
pestisida seperti Tiodane, Decis, Reagent., dll Pembersihan rumput dapat
dilakukan sekali 3 bulan atau pada saat dipandang perlu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pemangkasan
pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang
bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman
dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan
pekerjaan inokulasi gaharu.</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-66768314631848843232012-07-11T02:47:00.001-07:002012-07-11T02:47:36.318-07:00Analisa Usaha Tani Pohon Gaharu<div align="center" style="text-align: left;">
<span style="color: green;"><strong>A. Analisa Biaya Usaha Tani Budidaya Pohon Gaharu :</strong></span><strong></strong></div>
<span style="color: black;">Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu, dengan beberapa asumsi sebagai berikut :</span><br />
<ol start="1">
<li><span style="color: black;">Misal Luas areal untuk penanaman adalah
seluas 200 m2, dengan perhitungan jarak tanam 3m x 3 m, maka
didapatlah jumlah pohon yang bisa ditanam pada lahan adalah = 20 batang
pohon gaharu.</span></li>
<li><span style="color: black;">Biaya<strong>,</strong> dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:</span></li>
<li><span style="color: black;">Biaya tahap 1 (pengadaan bibit, penanaman dan perawatan di tahun pertama)</span></li>
<li><span style="color: black;">Biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7),</span></li>
<li><span style="color: black;">Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10).</span></li>
</ol>
<span style="color: green;"><strong>1. Biaya</strong></span><br />
<span style="color: black;">Biaya sendiri kita bedakan menjadi 3 yaitu: biaya tahap 1</span><br />
<span style="color: black;">(pengadaan bibit,penanaman danperawatan di tahun pertama),</span><br />
<span style="color: black;">biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai</span><br />
<span style="color: black;">tahun ke-7), dan biaya tahap 3</span><br />
<span style="color: black;">(inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10).</span><br />
<span style="color: green;"><strong> </strong><strong>a. Biaya tahap 1:</strong></span><br />
<span style="color: black;">ü Sewa lahan 200 m2 — 10tahun @500.000,- = Rp.5.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü pembelian bibit 20 btng @ Rp.15.000,- = Rp.300.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü pupuk kandang 200 kg @ Rp.1000,- = Rp.200.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü pestisida (furadan,stiko,dll = Rp.100.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga penanaman = Rp.100.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga perawatan = Rp.200.000,-</span><br />
<span style="color: black;"><strong>JUMLAH = Rp.5.900.000,-</strong></span><br />
<span style="color: green;"><strong> b. Biaya tahap 2:</strong></span><br />
<span style="color: black;">ü pupuk kandang = Rp.300.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü pupuk unorganik = Rp.300.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü pestisida = Rp.200.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga perawatan = Rp.300.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü Biaya oprasional = Rp.1.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;"><strong>JUMLAH = Rp.1.900.000,-</strong></span><br />
<span style="color: green;"><strong> c. Biaya tahap 3:</strong></span><br />
<span style="color: black;">ü Pembelian fusarium sp 20 botol @Rp.300.000,- = Rp.6.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga inokulan = Rp.2.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga perawatan = Rp.300.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü tenaga panen = Rp.1.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">ü lilin inokulan = Rp.100.000,-</span><br />
<span style="color: black;"><strong> </strong><strong>JUMLAH = Rp.9.400.000,-</strong></span><br />
<span style="color: black;"><strong>Jumlah a+b+c = Rp.17.200.000,-</strong></span><br />
<span style="color: green;"><strong>2. PENERIMAAN</strong></span><br />
<span style="color: black;">Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 80 %, dari 20 batang</span><br />
<span style="color: black;">tanaman cuma menghasilkan 16 batang pohon saja yang bisa dipanen. Satu batang</span><br />
<span style="color: black;">pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 2 kg gubal, 10 kg</span><br />
<span style="color: black;">kemedangan, dan 20 kg abu. Sehingga total yang dihasilkan dari 16 batang</span><br />
<span style="color: black;">adalah 32 kg gubal, 160 kg kemedangan, dan 320 kg abu.</span><br />
<span style="color: black;">A. GUBAL 32 KG @ Rp.4.000.000,- = Rp.128.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">B. KEMEDANGAN 1.350 KG @ Rp.1.000.000,- = Rp.160.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;">C. ABU 320 KG @ Rp.200.000,- = Rp.64.000.000,-</span><br />
<span style="color: black;"><strong>JUMLAH = Rp.352.000.000,-</strong></span><br />
<span style="color: black;">Ket: Jumlah penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah<strong></strong></span><br />
<span style="color: green;"><strong>3. KEUNTUNGAN</strong></span><br />
<span style="color: black;">PENERIMAAN – BIAYA = Rp.350.000.000,- – Rp.17.200.000,- = Rp. 332.800.000,-</span><br />
<span style="color: black;">Rata-rata perpohon gaharu umur 6 tahun
dengn masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-9, sampai tahun ke-10),
menghasilkan 25 juta rupiah lebih.</span><br />
<span style="color: black;">Jadi, dari investasi sebanyak 21 jutaan,
berpotensi menghasilkan 3 milyar rupiah dalam kurun waktu 7 – 10
tahun. Seiring waktu, harga jual tanah juga meningkat.</span><br />
<h4>
<span style="color: green;">B. Anggaran Biaya Budidaya Pohon Gaharu :</span></h4>
<ol>
<li>Harga bibit 125 x 7,500 = 937,500,-</li>
<li>Biaya angkut + Lobang + tanam 125 x 5,000 = 625,000,-</li>
<li>Pupuk Kandang 100 x 3,000 = 300,000,-</li>
<li>Atap Pelindung (Karung Bekas) 100 x 2,000 = 200,000,-</li>
<li>Pemeliharaan Tahun I 100 x 2,000 = 200,000,-</li>
<li>Pemeliharaan Tahun II-XI + Pupuk 100 x 30,000 = 3,000,000,-<strong><br />
<strong>Total Biaya Pemilik Tanah Rp 5,262,500,-</strong></strong></li>
<li>Inokulan 100 x 1,000,000 = 100,000,000,- Tahun ke 6</li>
<li>Biaya Penyuntikan 100 x 250,000 = 25,000,000,-</li>
<li>Biaya Panen 100 x 1,500,000 = 150,000,000,- Tahun ke 9 / 10<br />
<strong>Total Biaya Rp.280,262,500</strong><br />
<span style="color: green;"><strong>Biaya Investor Rp.275,000,000,-</strong></span></li>
</ol>
<h4>
<span style="color: green;">Pendapatan 100 pohon Gaharu</span></h4>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="48"><strong>No.</strong></td>
<td valign="top" width="184"><strong>Grade</strong></td>
<td valign="top" width="118"><strong>Jumlah (kg)</strong></td>
<td valign="top" width="118"><strong>Harga (Rp)</strong></td>
<td valign="top" width="118"><strong>Total (Rp)</strong></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
1</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Double super</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
150</div>
</td>
<td valign="top" width="118">10.000.000</td>
<td valign="top" width="118">1.500.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
2</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Super tanggung</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
200</div>
</td>
<td valign="top" width="118">5.000.000</td>
<td valign="top" width="118">1.000.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
3</div>
</td>
<td valign="top" width="184">AB</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
250</div>
</td>
<td valign="top" width="118">2.000.000</td>
<td valign="top" width="118">500.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
4</div>
</td>
<td valign="top" width="184">BC</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
300</div>
</td>
<td valign="top" width="118">1.500.000</td>
<td valign="top" width="118">450.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
5</div>
</td>
<td valign="top" width="184">TA</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
400</div>
</td>
<td valign="top" width="118">250.000</td>
<td valign="top" width="118">100.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
6</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Kacang A</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
625</div>
</td>
<td valign="top" width="118">500.000</td>
<td valign="top" width="118">312.500.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
7</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Kacang B</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
650</div>
</td>
<td valign="top" width="118">100.000</td>
<td valign="top" width="118">65.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
8</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Teri Tenggelam</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
700</div>
</td>
<td valign="top" width="118">1.000.000</td>
<td valign="top" width="118">700.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
9</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Teri A</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
800</div>
</td>
<td valign="top" width="118">200.000</td>
<td valign="top" width="118">160.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
10</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Teri B</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
825</div>
</td>
<td valign="top" width="118">150.000</td>
<td valign="top" width="118">123.750.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
11</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Teri C</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
835</div>
</td>
<td valign="top" width="118">10.000</td>
<td valign="top" width="118">8.350.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
12</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Kemedangan Sabah T</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
900</div>
</td>
<td valign="top" width="118">1.000.000</td>
<td valign="top" width="118">900.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
13</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Kemedangan Sabah B</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
950</div>
</td>
<td valign="top" width="118">100.000</td>
<td valign="top" width="118">95.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
14</div>
</td>
<td valign="top" width="184">TGC</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1000</div>
</td>
<td valign="top" width="118">40.000</td>
<td valign="top" width="118">40.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
15</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Medang A</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1050</div>
</td>
<td valign="top" width="118">50.000</td>
<td valign="top" width="118">52.500.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
16</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Medang B</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1150</div>
</td>
<td valign="top" width="118">20.000</td>
<td valign="top" width="118">23.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
17</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Abuk Super</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1350</div>
</td>
<td valign="top" width="118">25.000</td>
<td valign="top" width="118">33.750.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
18</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Abuk Medang</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1400</div>
</td>
<td valign="top" width="118">10.000</td>
<td valign="top" width="118">14.000.000</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="48">
<div align="center">
19</div>
</td>
<td valign="top" width="184">Abuk Kerokan</td>
<td valign="top" width="118">
<div align="center">
1450</div>
</td>
<td valign="top" width="118">5.000</td>
<td valign="top" width="118">7.250.000</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Sumber data Asgarin dan Uji Coba di PT. Nusa Ama Kabaresi<br />
Pendapatan = Rp 6,085,100,000<br />
Biaya Produksi = (-) Rp 280,262,500<br />
Keuntungan Rp 5,804,837,500<br />
<h4>
<span style="color: green;">Tingkat Pengembalian Berdasarkan Perhitungan</span></h4>
NPV = Rp 1.688.921.228.- df 10% , 11 tahun<br />
IRR = 85,55% dibanding bunga deposito saat ini : 14% maka ada selisih keuntungan = 71,55%.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-29261659993638022662012-07-11T02:42:00.000-07:002012-07-11T02:42:04.258-07:00Teknik Inokulasi<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">Teknik Inokulasi GAHARU Sistem Spiral <strong>Sederhana</strong><strong> :</strong></span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: green;"><strong>1. Inokulasi</strong></span><strong></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Inducer Bio Kimia/ Fusarium sp yang di
inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh
karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama
fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring
waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem –
organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta
harum bila dibakar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat jenis isolate penyakit
pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka
penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek
memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam
yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk
tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk
mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Agar berhasil mengembangkan inokulan
pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat
diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait,
perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat
sebagai pelaku produksi inokulan.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">Tahapan-tahapan dalam penginokulasian gaharu, bahan dan alat yang dibutuhkan adalah:</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
ü. Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm,
sesuai dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor
semakin besar, ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Spidol permanent sebagai penanda titik bor.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan lubang hasil bor kayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Masker, gunting serta kapas.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Lilin lunak, plester atau lakban, untuk menutup lubang bor.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">Proses pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini:</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
ü. Ukur titik pengeboran awal 1 meter
dari permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik
pengeboran diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan
vertical 15 cm. dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga
setelah dihubungkan membentuk garis spiral.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Ukur lingkaran batang untuk
mendapatkan diameter batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung
diameternya dengan rumus : Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh
60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter batang = 60 cm : 3,14 = 19,11
cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Buat lubang sedalam 1/3 diameter
batang pada titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh :
Kedalaman lubang bor = diameter batang x 1/3 = 19,11 x 1/3 = 6,4 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah dibilas dengan alcohol.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Masukkan inokulan dengan pinset
kedalam suntikan yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan
inokulan kedalam lubang sampai penuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Tutup lubang yang telah terisi penuh
inokulan dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain.
Untuk mencegah air merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan
plester atau lakban.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3
bulan, caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit
batang, jika batang tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti
penyuntikan berhasil. Tutup kembali lubang dengan lilin dan plester.</div>
<div style="text-align: justify;">
ü. 7 (tujuh) bulan setelah penyuntikan
ambil sample dengan mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya,
jika serbuk hasil bor sudah hitam atau wangi atau sesuai dengan
ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah dapat dipanen jika belum
sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil mulai maksimal
jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi pada 1,5
tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya
diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya
daun semakin lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap
pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas
minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai
berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau
diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">a. Inokulasi Dengan Inokulan Padat</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat sebagai berikut:</div>
<ol start="1" style="text-align: justify;">
<li>Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor.<br />
Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 13 mm. Kedalaman optimal pemboran ini
perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm.
Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor
sekitar 20 cm.</li>
</ol>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.</li>
<li>Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan
disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini
dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan
menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai
dengan ukuran diameter lubang.</li>
<li>Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari
masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan
pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lilin malam”</li>
</ol>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: green;">b. Inokulasi Dengan Inokulan Cair</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair sebagai berikut:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring
kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon,
biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan
berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse
tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian
inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan
sendiri oleh petani.</li>
<li>Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.</li>
<li>Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.</li>
<li>Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.</li>
<li>Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang
setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan
aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.</li>
<li>Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol
infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol
inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan
fisiologis.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: green;"><strong>2. Pemeliharaan dan Pemupukan</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemupukan perlu dilakukan terutama di
lahan yang kesuburannya rendah. Pemberian pupuk dapat dilakukan dua kali
dalam setahun, dengan ukuran 5 kg pupuk per-pohon. Pembersihan areal
penanaman juga perlu dilakukan guna menghindari tumbuhnya gulma
(tumbuhan pengganggu) khususnya pada musim hujan atau 4 kali dalam
setahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: green;"><strong>3. Panen dan Pasca Panen</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://gaharujabar.files.wordpress.com/2012/05/gaharu14.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-135" height="300" src="http://gaharujabar.files.wordpress.com/2012/05/gaharu14.jpg?w=224&h=300" title="Gaharu1" width="224" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Produksi gubal gaharu akan terbentuk
setelah perlakuan berjalan 3 bulan. Hal ini dimulai dengan berubahnya
warna kayu sekitar penyuntikan menjadi cokelat dan bertekstur keras
serta berbau wangi. Pemanenan dapat dilakukan mulai dari 1 tahun setelah
penginokulasian dengan cara menebang pohon. Kualitas gubal gaharu yang
dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat kesuburan pohon dan lamanya
penginokulasian. Semakin lama penginokulasian maka semakin tinggi
kualitas gubal gaharu yang dihasilkan. Potongan-potongan gubal gaharu
dibersihkan dari bagian kayu yang tidak terbentuk menjadi gubal.
Pembersihan kayu putih dari gubal memerlukan tenaga kerja yang memiliki
keterampilan khusus, sehingga tidak menurunkan kelas gubal akibat kurang
terampilnya tenaga kerja. Kemudian dilakukan penyortiran berdasarkan
kelasnya (Super, AB, BC, C1 dan C2). Untuk mengurangi kadar air,
potongan gubal gaharu dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari. Untuk gaharu kelas kemedangan selain dapat dipasarkan langsung
dapat pula di distilasi untuk diambil minyaknya.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-89115107689571395022012-07-11T00:12:00.001-07:002012-07-11T02:30:41.182-07:00Pengembangan Budidaya "Gaharu Kualitas Super" di Kabupaten Luwu<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu itu
sendiri sebagai hasil persenyawaan enzim jamur tertentu yang menginfeksi
kayu jenis tertentu pula. Persenyawaan itu menghasilkan damar wangi
yang kemudian dikenal sebagai gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kayu yang
mengandung damar wangi atau gaharu kategori paling bagus atau kelas
super mencapai harga Rp 50 juta per kilogram. Melalui metode
penyulingan, gaharu umumnya dimanfaatkan sebagai pewangi.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kelompok Gaharu Luwu mengatakan, gaharu mulai diendus pula untuk obat herbal berbagai
jenis penyakit berat, seperti tumor, kanker, lever, tuberkulosis, dan
ginjal.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Soal
pepatah, ”Sudah gaharu, cendana pula!”, itu hanyalah
pepatah untuk menguatkan suatu hal. Gaharu beraroma wangi. Tentu akan
wangi berlipat-lipat jika gaharu terdapat di kayu cendana yang memang
sudah wangi. ”Pada kenyataanya, gaharu tidak pernah berada di kayu
cendana,” </div>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<b>Teknik Budidaya Gaharu</b></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Beberapa jenis tumbuhan berpotensi untuk memproduksi gaharu sudah dieksplorasi. Jenis tumbuhan itu meliputi <i>Aquilaria spp</i>, <i>Aetoxylon sympetallum</i>, <i>Gyrinops</i>, dan <i>Gonsystylus</i>.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Berbagai
jenis tumbuhan itu tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa
Tenggara, dan Papua. Tetapi, keberadaannya sekarang mulai langka.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Masyarakat juga sulit mengenali jenis tumbuhan tersebut. Salah satu jenis <i>Aquilaria</i> di Kalimantan dikenal dengan nama lokal karas. Keberadaannya mulai jarang dijumpai pula.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Teknik budi
daya gaharu dengan cara penginfeksian jamur pembentuk gaharu ke dalam
batang pohon potensial. Isolat jamur penginfeksi atau pembentuk gaharu
sudah dieksplorasi Balitbang Kehutanan dengan hasil diperoleh dari
genus <i>Fusarium</i> dan <i>Cylindrocarpon</i>.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Saat ini diperoleh dari genus <i>Fusarium</i><i> </i>sebanyak 23 isolat jamur. Empat isolat jamur <i>Fusarium</i> paling cepat menginfeksi kayu berpotensi menjadi gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
”Dalam satu
bulan kayu yang diinfeksi dengan keempat isolat jamur tersebut sudah
mampu menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya,” kata Sulistyo.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kemudian
gaharu buatan itu bisa dipetik pada usia satu hingga tiga tahun. Pohon
potensial yang dipilih untuk membentuk gaharu, yang sudah berdiameter
lebih dari 15 sentimeter dan usianya di atas 5-6 tahun.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Untuk
menyuntikkan isolat jamur penginfeksi, sebelumnya pohon potensial
dilukai. Pada bagian pelukaan tersebut, isolat jamur disuntikkan. ”Dalam
satu pohon disuntikkan isolat jamur pada 200 sampai 300 titik pelukaan
batang,” kata Sulistyo. Dalam pelukaan kemudian terjadi infeksi jamur
yang membentuk warna kehitam-hitaman.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Selama tiga
tahun, semburat warna kehitaman itu akan menyebar ke atas dalam jarak
hanya 3-4 sentimeter saja. Semburat warna kehitam-hitaman pada serat
kayu itulah yang disebut gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Selama ini
gaharu alam yang paling bagus disebut gaharu super yang berwarna hitam
pekat, padat, keras, mengilap, dan beraroma kuat khas gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu super tidak menampakkan serat kayunya. Bentuknya seperti bongkahan yang di dalamnya tidak berlubang.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
”Klasifikasi
mutu gaharu ditetapkan ada enam mutu. Berturut-turut dari yang paling
bagus, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan
(Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan
(A, B, C) dan Suloan.” kata Sulistyo.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kelas
cincangan merupakan potongan kecil-kecil dari kayu yang terinfeksi
menjadi gaharu. Meskipun tidak berwarna kehitaman atau tidak mengandung
getah gaharu, kelas cincangan masih menunjukkan aroma khasnya. Biasanya,
gaharu ini digunakan untuk pembuatan dupa atau hio.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Dalam proses
produksi gaharu buatan, yang sangat penting dikuasai adalah proses
pembenihan, persemaian, penanaman, dan pemeliharaan pohon-pohon
berpotensi gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Tidak kalah
pentingnya, yaitu tahapan pembentukan isolat jamur yang akan
diinfeksikan. Metodenya, meliputi isolasi jamur pembentuk yang diambil
dari jenis pohon penghasil gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Setelah
jamur berhasil diidentifikasi kesesuaiannya, kemudian diperbanyak ke
dalam media cair atau padat. Isolat jamur hasil perbanyakan pun siap
disuntikkan ke pohon berpotensi gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<b>Manfaat dan Kegunaan Kayu Gaharu</b></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Sampai saat ini, pemanfaatan gaharu masih
dalam bentuk bahan baku (kayu bulatan, cacahan, bubuk,atau fosil kayu
yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai
bentuk dan sifat yang berbeda.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu mempunyai kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Dari aromanya itu yang sangat popular
bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah,
Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan Cina, Korea, dan Jepang
sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan,
kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk
keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk
agama Budha, dan Hindu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Dengan seiringnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai
bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat
dimanfaatkan sebagai obat.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu bisa dipakai sebagai obat: anti
asmatik, anti mikroba, stimulant kerja syaraf dan pencernaan ,obat sakit
perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare,
tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus, penghilang stress, gangguan
ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah
dan menghaluskan kulit).</div>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<b>Kayu Gaharu dan Kegunaannya</b></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kandungan kimia yang terdapat dalam
gaharu merupakan komponen-komponen yang terdiri dari sesquiterpenes,
sesquiter-pene alcohol, kompoun oxygenated dan chromone. Selain itu,
juga terdiri dari komponen-komponen agarospiral, jinkohol-eramol,
jinkool yang menghasilkan aroma gaharu.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Penggunaan kayu dalam industri perkayuaan
di mana kayunya digunakan dalam industri pembuatan kotak pembungkus,
papan lapis, cenderamata, perabot, sarung senjata, chopstick dan
lain-lain.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu digunakan dalam upacara keagamaan
Cina, Ayurvedic dan upacara kaum di Tibet. Gaharu digunakan sebagai
pengharum rumah di Timur Tengah, di Papua New Guinea digunakan sebagai
obat-obatan tradisional oleh masyarakatnya. Di masa sekarang gaharu juga
digunakan sebagai bahan minyak wangi dan kosmetik.</div>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<b>Gaharu Sembuhkan Banyak Penyakit</b></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Gaharu dikenal berasal dari marga
tumbuhan bernama Aquilaria. Di Indonesia tumbuh berbagai macam
spesiesnya, seperti A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A.
beccariana, dan A. Filaria.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Karena banyaknya jenis tumbuhan ini ada
di Indonesia, maka bukan barang aneh, bila kemudian tumbuhan ini juga
banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu manfaatnya merupakan fungsi
flora ini sebagai obat.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Meningkatnya penggunaan obat-obatan dari
bahan organik seperti tumbuhan (herbal), membuat gaharu semakin diminati
sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Dari hasil penelitian yang ada, gaharu
dikenal mampu mengobati penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal,
radang lambung, radang usus, rhematik, tumor dan kanker.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kini pengunaan gaharu sebagai obat terus
meningkat. Tapi sayangnya hingga kini, Indonesia baru mampu memasok 15
persen total kebutuhan gaharu dunia.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Bahkan kini fungsi gaharu juga merambah
untuk bahan berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Sebagai
kosmetik gaharu bisa dijual seharga Rp 2-5 juta per kilogram, bahkan
untuk jenis super dan dobel super harganya mencapai Rp18 juta per
kilogram.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Di Indonesia tanaman ini dikelompokan
sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu. Atas dasar itu,
pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang
digalakkan pemerintah, investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya
sangat menguntungkan, Gaharu bisa dipanen pada usia 5-8 tahun.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Untuk satu hektare gaharu hingga bisa
dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun hasil panen yang
didapat mencapai puluhan kali lipat. Budidaya gaharu sangat cocok
dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya
sangat luas dan tidak terbatas.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6196216919314178828.post-81821397255233096222012-07-11T00:04:00.001-07:002012-07-11T02:02:42.371-07:00Sekilas Gaharu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_O1ltnUcVaLQZZlK-Vh7Wnr44X1JOZ6KpR825ZrLR6rD4HiS0rbqvA510l4EwOv_uu2A3uz7s51PzGN4XMQDRjsDe3ASwFG2dyib8PE_dvAr1KRD0s3TP2dZFQuYOdwUiPwBgOQIACE/s1600/gaharu1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_O1ltnUcVaLQZZlK-Vh7Wnr44X1JOZ6KpR825ZrLR6rD4HiS0rbqvA510l4EwOv_uu2A3uz7s51PzGN4XMQDRjsDe3ASwFG2dyib8PE_dvAr1KRD0s3TP2dZFQuYOdwUiPwBgOQIACE/s320/gaharu1.jpg" width="240" /></a></div>
BEBERAPA JENIS TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU<br />
DAN DAERAH PENYEBARANNYA DI INDONESIA<br />
Daerah penyebaran gaharu Nama tumbuhan<br />
Sumatera<br />
Aquilaria malaccensis<br />
Aquilaria beccariana<br />
Aquilaria hirta<br />
Aquilaria microcarpa<br />
Aquilaria moszkowskii<br />
Aquilaria agallocha<br />
Gonyitylus bancanus<br />
Gonystylus macrophyllus<br />
Dalbergia parviflora *<br />
Enkleia malaccensis<br />
Linostoma` scandens<br />
Wikstroemia tenuiramis<br />
Jawa<br />
Aquilaria agallocha<br />
Excoecaria agallocha *<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Wikstroemia candolleana<br />
Kalimantan<br />
Aquilaria malaccensis<br />
Aquilaria beccariana<br />
Aquilaria microcarpa<br />
Aquilaria agallocha<br />
Aextoxylon sympetalum<br />
Arastemon urophyllus<br />
Dalbergia parviflora *<br />
Gonystylus macrophyllus<br />
Enkleia malaccensis<br />
Excoecaria agallocha *<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Wikstroemia tenuiramis<br />
Wikstroemia polyantha<br />
Sulawesi<br />
Aquilaria cumingiana<br />
Gyrinops decipiens<br />
Gyrinops versteegii<br />
Dalbergia parviflora *<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Nusa tenggara<br />
Aquilaria microcarpa<br />
Aquilaria filaria<br />
Gyrinops versteegii<br />
Gyrinops cumingiana<br />
Enkleia malaccensis<br />
Excoecaria agallocha *<br />
Timonius sericeus<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Maluku<br />
Aquilaria filaria<br />
Aquilaria secundana<br />
Gyrinops versteegii<br />
Dalbergia parviflora *<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Papua<br />
Aquilaria filaria<br />
Aquilaria tomentosa<br />
Gyrinops audate<br />
Gyrinops ledemanii<br />
Gyrinops podocarpus<br />
Gyrinops salicifolia<br />
Gyrinops versteegii<br />
Aextoxylon sympetalum<br />
Wikstroemia androsaemifolia<br />
Wikstroemia polyanthaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335478558138579691noreply@blogger.com0